Reliable Suppliers - Contact Now! Search, Browse or Post Buying Leads

Jumat, 26 Agustus 2011

Pengujian Alat Marshal


Pengujian Marshall adalah suatu metode pengujian untuk mengukur ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan (flow) dari campuran aspal dengan menggunakan peralatan marshall. Pemeriksaan ini pertama kali dilakukan oleh Bruce Marshall,selanjutnya dikembangkan oleh U.S Corps of engineer. Pengujian marshall sekarang ini mengikuti prosedur dalam manual pemeriksaan bahan jalan (MPBJ) nomor PC-0202-76 atau American Association of state High way and Transportasion Official (AASHTO) nomor T-245 atau American Society for Testing and Materials (ASTM) nomor D 1559-62T.


Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji). Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis flow. Metode yang digunakan dalam hal ini adalah metode marshall. Dengan metode ini kita dapat mengetahui karakteristik dari campuran, dan dari hasil pemeriksaan diperoleh data-data mengenai: kadar aspal, berat volume, stabilitas, flow, VIM, VMA, marshall quotient.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Kurva Fuller

Kurva atau garis rapat yang memiliki nilai VMA terkecil. Grafik II.2. menunjukkan bentuk kurva fuller yang ditampilkan dalam grafik berskala log dimana ukuran saringan dikalikan dengan ( ) 0.45.
Dalam grafik II.2 garis fuller digambarkan dengan menggunakan persamaan :
P = 100 (d/D)0.4 ..................................... (2–5)
Dimana :
P = Persen yang lolos saringan dengan bukaan saringan dmm

d = Ukuran agregat yang ditinjau
D = Ukuran maksimum butiran dalam gradasi tersebut
Dengan menggunakan persamaan rumus diatas maka kurva fuller dapat diperoleh seperti pada tabel II.7.
Tabel II.7 Garis Kepadatan Maksimal (Kurva Fuller)

Ukuran Saringan Laston (%)
Mm Inci No. AC - WC AC - BC
25.4 1” - 100
19 ¾” 100 87.8
12.7 ½” 82.8 73.2
9.5 3/8” 73.2 64.2
4.75 No. 4 53.6 47
2.36 No. 8 39.1 34.5
1.18 No. 16 28.6 25.1
0.60 No. 30 21.1 18.5
0.30 No. 50 15.5 13.6
0.075 No. 200 8.3 7.3
Sumber : Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak, Departemen Pekerjaan Umum, 1999

Jumat, 12 Agustus 2011

Susunan Lapisan Perkerasan

Adapun susunan lapisan perkerasan jalan secara umum sebagai berikut :
1. Tanah dasar (subgrade)
Adalah lapisan dibawah perkerasan, yang merupakan tempat bertumpuhnya semua lapisan jalan. Tanah dasar dapat berupa tanah asli, tanah galian atau tanah timbunan. Tanah dasar ini merupakan badan jalan yang di siapkan sedemikian rupa sehingga cukup padat, kedap air,stabil dan tidak retak pada musim panas dan tidak licin pada musim hujan.
Sebagai tempat bertumpuhnya semua lapisan perkerasan jalan, maka subgrade harus mampu mendukung tegangan yang ditimbulkan oleh kendaraan yang lewat termasuk berat sendiri konstruksi diatasnya.
2. Lapisan Pondasi Bawah (subbase course)
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar.Adapun fungsi dari lapisan pondasi bawah sebagai berikut:
a. Bagian dari kontruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
b. Effisiensi penggunaan material-material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya.
c. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal
d. Lapis peresapan, agar air tidak berkumpul di pondasi.
e. Lapisan pertama, agar perkerasan dapat berjalan lancar.
f. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
3. Lapisan Pondasi Atas (base course)
Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Adapun fungsi dari lapisan pondasi atas sebagai berikut:
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebabkan beban ke lapisan di bawahnya.
b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
c. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
d. Lapisan Permukaan (surface course).
Lapisan yang terletak paling atas. Adapun fungsi dari lapis permukaan sebagai berikut:
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, Lapisan mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
2. Lapis kedap air, sehigga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lpisan bawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.

3. Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapis yang menyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat di pikul oleh lapisan yang lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek

Kamis, 04 Agustus 2011

Pengertian Transportasi

Menurut Abbas (1993 : 4) pengertian transportasi merupakan usaha memindahkan, mengangkut, menggerakkan, atau mengalihkan suatu pemindahan pergerakan barang dari tempat asal ketempat tujuan. Pergerakan terjadi karena adanya pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan merupakan kegiatan biasanya harus dilakukan setiap hari misalnya pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan olah raga. Kita sebenarnya tidak perlu bergerak kalau semua kebutuhan tersebut tersedia ditempat kita berada.
Transportasi bukanlah suatu tujuan akhir (ends) akan tetapi akibat akan adanya kebutuhan (derived demand). Sistem transportasi makro sebenarnya terdiri dari beberapa transportasi mikro yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem transportasi mikro tersebut adalah sistem jaringan (prasarana transportasi), sistem kegiatan (kebutuhan akan transportasi), sistem pergerakan lalu-lintas (rekayasa dan manajemen lalu-lintas), dan sistem kelembagaan.